Masa Praaksara di Indonesia
Bumi dengan berbagai bentuk permukaannya itu merupakan tempat tinggal manusia. Manusia telah menempati bumi ini sejak jutaan tahun yang lalu. Nah, bagaimanakah kehidupan manusia pada saat itu?
1. Apa itu masa praaksara?
Saat ini kamu telah mengenal tulisan. Kamu dapat mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu melalui tulisan. Namun, tahukah kamu bahwa ada suatu masa yang panjang di mana tulisan belum dikenal? Masa itulah yang dikenal sebagai masa praaksara. (pra = sebelum; aksara = huruf). Masa praaksara dikenal juga sebagai masa prasejarah. Manusia yang hidup pada masa ini dikenal sebagai manusia purba. Nah, bagaimana kita mengetahuai kehidupan pada masa praaksara? Kita telah belajar bahwa pembentukan kulit bumi terjadi berulang-ulang. Akibatnya, terjadi lapisan-lapisan pada kulit bumi. Dalam lapisan-lapisan kulit bumi ini, terdapat sisa-sisa kehidupan. Sebagian dari sisa-sisa kehidupan itu telah berubah menjadi keras seperti batu karena proses kimia. Inilah yang dikenal sebagai fosil. Untuk mengetahui kehidupan masa lampau, fosil-fosil inilah yang menjadi petunjuk. Ada bermacam-macam jenis fosil. Ada fosil hewan, ada fosil tumbuhan, ada juga fosil berupa tulang kerangka manusia. Perhatikan beberapa bentuk fosil tengkorak manusia pada Gambar 1.22.Masa praaksara ini selalu menarik untuk dipelajari karena manusia selalu tertarik untuk mengetahui asal-usulnya. Ilmu yang menyelidiki segala hal ikhwal manusia pada masa lampau sebelum adanya sumber-sumber tulisan disebut ilmu prasejarah. Saat ini terdapat beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan masa prasejarah. Misalnya, arkeologi ialah ilmu yang mempelajari peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala untuk menyusun kembali kehidupan manusia dan masyarakat masa lampau. Ahli arkeologi disebut arkeolog.
Selain fosil, keberadaan kehidupan di masa praaksara juga dapat diketahui dari artefak yang ditemukan. Artefak ialah benda-benda, seperti alat, perhiasan yang menunjukkan kecakapan kerja manusia terutama pada zaman dahulu yang ditemukan melalui penggalian arkeologi.
2. Pengelompokan Masa Praaksara
Pengelompokan masa praaksara dapat dilakukan berdasarkan keadaan geologi dan perkembangan kebudayaannya.
a.Berdasarkan Keadaan Geologi
Karena panjangnya sejarah bumi, untuk memudahkan mempelajarinya, sejarah itu dibagi dalam masa-masa. Pembagian masa atau zaman itu didasarkan atas geologi. Menurut susunannya, lapisan bumi ini makin ke bawah makin tua, makin ke atas makin muda. Adapun pembagian masa praaksara adalah seperti berikut.
Karena panjangnya sejarah bumi, untuk memudahkan mempelajarinya, sejarah itu dibagi dalam masa-masa. Pembagian masa atau zaman itu didasarkan atas geologi. Menurut susunannya, lapisan bumi ini makin ke bawah makin tua, makin ke atas makin muda. Adapun pembagian masa praaksara adalah seperti berikut.
1) Arkaeozoikum
Inilah masa tertua dalam sejarah perkembangan bumi. Pada masa yang berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu ini, keadaan bumi belum stabil, kulit bumi masih dalam proses pembentukan, dan udara saat ini masih sangat panas sehingga belum tampak tanda-tanda kehidupan.
2) Palaeozoikum
Masa ini berlangsung 340 juta tahun yang lalu. Palaeozoikum disebut juga Zaman Primer. Pada masa ini, terjadi penurunan suhu bumi. Akibatnya, bumi lambat laun menjadi dingin. Sudah ada tanda-tanda kehidupan yang makin jelas, yakni munculnya makhluk bersel satu seperti bakteri dan sejenis amfibi dan reptil.
Inilah masa tertua dalam sejarah perkembangan bumi. Pada masa yang berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu ini, keadaan bumi belum stabil, kulit bumi masih dalam proses pembentukan, dan udara saat ini masih sangat panas sehingga belum tampak tanda-tanda kehidupan.
2) Palaeozoikum
Masa ini berlangsung 340 juta tahun yang lalu. Palaeozoikum disebut juga Zaman Primer. Pada masa ini, terjadi penurunan suhu bumi. Akibatnya, bumi lambat laun menjadi dingin. Sudah ada tanda-tanda kehidupan yang makin jelas, yakni munculnya makhluk bersel satu seperti bakteri dan sejenis amfibi dan reptil.
3) Mesozoikum
Masa ini berlangsung 140 juta tahun yang lalu. Mesozoikum disebut juga Zaman Sekunder. Pada masa ini, kehidupan berkembang dengan sangat cepat. Jumlah ikan, amfibi, dan reptil makin banyak. Reptil mencapai bentuk yang luar biasa besarnya, seperti Dinosaurus dan Atlantosaurus. Fosil reptil raksasa ini banyak ditemukan hampir di seluruh dunia. Fosil yang ditemukan antara lain Dinosaurus panjangnya 12 meter, Atlantosaurus 30 meter. Pada masa ini, burung dan binatang menyusui sudah ada, namun masih rendah tingkatannya.
4) Kaenozoikum
Masa ini dikenal juga sebagai masa Neozoikum yang diperkirakan berusia 60 juta tahun yang lalu. Pada masa ini, keadaan bumi sudah mulai stabil. Kehidupan makin berkembang dan beraneka ragam. Masa ini dibagi menjadi dua seperti berikut.
(1) Zaman Tersier. Pada masa ini, reptil raksasa lambat laun lenyap, binatang-binatang menyusui berkembang dengan baik, dan primat sudah ada. Monyet dan kera sudah ditemukan pada masa ini.
(2) Zaman Kuarter. Masa ini berlangsung 600.000 tahun yang lalu. Tanda-tanda kehidupan manusia telah ditemukan pada masa ini. Masa ini dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
Masa ini berlangsung 140 juta tahun yang lalu. Mesozoikum disebut juga Zaman Sekunder. Pada masa ini, kehidupan berkembang dengan sangat cepat. Jumlah ikan, amfibi, dan reptil makin banyak. Reptil mencapai bentuk yang luar biasa besarnya, seperti Dinosaurus dan Atlantosaurus. Fosil reptil raksasa ini banyak ditemukan hampir di seluruh dunia. Fosil yang ditemukan antara lain Dinosaurus panjangnya 12 meter, Atlantosaurus 30 meter. Pada masa ini, burung dan binatang menyusui sudah ada, namun masih rendah tingkatannya.
4) Kaenozoikum
Masa ini dikenal juga sebagai masa Neozoikum yang diperkirakan berusia 60 juta tahun yang lalu. Pada masa ini, keadaan bumi sudah mulai stabil. Kehidupan makin berkembang dan beraneka ragam. Masa ini dibagi menjadi dua seperti berikut.
(1) Zaman Tersier. Pada masa ini, reptil raksasa lambat laun lenyap, binatang-binatang menyusui berkembang dengan baik, dan primat sudah ada. Monyet dan kera sudah ditemukan pada masa ini.
(2) Zaman Kuarter. Masa ini berlangsung 600.000 tahun yang lalu. Tanda-tanda kehidupan manusia telah ditemukan pada masa ini. Masa ini dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
• Pleistosen yang berlangsung 600.000 tahun yang lalu. Pada masa ini, kehidupan manusia mulai ada dan terjadi perubahan suhu yang memengaruhi keadaan kehidupan. Banyak air yang berubah menjadi es, terutama beberapa daratan yang berdekatan dengan Kutub Utara tertutup es. Di daerah yang berjauhan dari Kutub, terjadi musim hujan.
• Holosen yang dimulai 20.000 tahun hingga dewasa ini. Pada masa ini, muncul manusia cerdas (homo sapiens) yang merupakan nenek moyang dari manusia modern.
• Holosen yang dimulai 20.000 tahun hingga dewasa ini. Pada masa ini, muncul manusia cerdas (homo sapiens) yang merupakan nenek moyang dari manusia modern.
b. Berdasarkan Perkembangan Kebudayaan
Berdasarkan perkembangan kebudayaan dan peralatan yang digunakannya, masa praaksara dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
Berdasarkan perkembangan kebudayaan dan peralatan yang digunakannya, masa praaksara dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
1) Masa Berburu dan Meramu
Pada masa berburu dan meramu, keadaan alam masih belum stabil. Manusia hidup secara berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Mereka selalu berpindah-pindah (nomaden) mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup. Makanannya diperoleh dengan cara berburu. Daerah perburuan mereka tidak terlalu jauh dari sungai, danau, atau sumber-sumber air yang lain karena binatang buruan selalu berkumpul di dekat sumber air. Hewan yang diburu antara lain kera, badak, rusa, banteng, dan kerbau liar. Makanan yang mereka kumpulkan adalah umbiumbian, daun-daunan, dan buah-buahan. Hewan dan tumbuhan yang dikumpulkan diolah dengan cara sederhana. Mereka belum mengenal cara memasak makanan karena mereka belum mengenal alat memasak seperti periuk belanga.
Pada masa berburu dan meramu, keadaan alam masih belum stabil. Manusia hidup secara berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Mereka selalu berpindah-pindah (nomaden) mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup. Makanannya diperoleh dengan cara berburu. Daerah perburuan mereka tidak terlalu jauh dari sungai, danau, atau sumber-sumber air yang lain karena binatang buruan selalu berkumpul di dekat sumber air. Hewan yang diburu antara lain kera, badak, rusa, banteng, dan kerbau liar. Makanan yang mereka kumpulkan adalah umbiumbian, daun-daunan, dan buah-buahan. Hewan dan tumbuhan yang dikumpulkan diolah dengan cara sederhana. Mereka belum mengenal cara memasak makanan karena mereka belum mengenal alat memasak seperti periuk belanga.
Peralatan yang digunakan oleh manusia untuk berburu pada waktu itu dibuat dari batu, kayu, maupun tulang-tulang hewan dalam bentuk yang sederhana. Alat-alat yang digunakan manusia purba pada saat itu adalah sebagai berikut.
(1) Kapak perimbas, digunakan untuk menguliti binatang hasil berburu, merimbas kayu, dan memecah tulang.
(2) Alat serpih, digunakan sebagai gurdi, penusuk, dan sebagai pisau.
(3) Kapak genggam awal, digunakan untuk menggali ubi dan memotong binatang hasil berburu.
(1) Kapak perimbas, digunakan untuk menguliti binatang hasil berburu, merimbas kayu, dan memecah tulang.
(2) Alat serpih, digunakan sebagai gurdi, penusuk, dan sebagai pisau.
(3) Kapak genggam awal, digunakan untuk menggali ubi dan memotong binatang hasil berburu.
2) Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini, manusia purba sudah menguasai pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha pertanian. Mereka juga sudah memiliki kemampuan mengadakan persediaan makanan. Kemampuan ini diikuti juga dengan kemahiran membuat wadah untuk menyimpan persediaan makanan tersebut.
Pada masa ini, manusia purba sudah menguasai pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha pertanian. Mereka juga sudah memiliki kemampuan mengadakan persediaan makanan. Kemampuan ini diikuti juga dengan kemahiran membuat wadah untuk menyimpan persediaan makanan tersebut.
Sistem kehidupan manusia pada masa bercocok tanam sudah mulai tinggal menetap di suatu perkampungan. Kebutuhan mereka juga makin luas, misalnya kebutuhan akan makanan dan pakaian. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, mereka bercocok tanam dengan cara berhuma, yaitu dengan menebangi hutan dan menanaminya (bercocok tanam sederhana). Oleh sebab itu, masa ini dikenal juga sebagai masa food producing karena manusia pada masa itu sudah mampu memproduksi makanannya.
Masa bercocok tanam ditandai dengan berkembangnya kemahiran mengasah alatalat batu dan pembuatan gerabah (benda pecah-belah dari tanah liat yang dibakar). Alat yang diasah antara lain kapak lonjong, beliung persegi, mata panah, gerabah, dan perhiasan dari batu dan kerang. Pada masa bercocok tanam, manusia purba juga sudah mengenal atau menemukan api dan sudah mengembangkan alat transportasi air. Alat transportasi yang pertama digunakan adalah rakit.
Pada masa ini, kesenian pun mulai dikenal. Mereka mulai membuat kalung dari kulit kerang dan gelang dari batu-batu yang indah. Lukisan berwarna pun ditemukan di dalam gua-gua.
3) Masa Perundagian
Pada masa perundagian, manusia mulai mengenal teknologi pertukangan. Mereka telah mampu mengolah logam, terutama perunggu dan besi. Kemampuan mengolah logam hanya dapat dikerjakan oleh orang yang ahli (undagi). Oleh sebab itu, masa ini dikenal dengan masa perundagian. Masa perundagian merupakan masa perkembangan pesat dari berbagai kemahiran membuat alat.
Pada masa perundagian, manusia mulai mengenal teknologi pertukangan. Mereka telah mampu mengolah logam, terutama perunggu dan besi. Kemampuan mengolah logam hanya dapat dikerjakan oleh orang yang ahli (undagi). Oleh sebab itu, masa ini dikenal dengan masa perundagian. Masa perundagian merupakan masa perkembangan pesat dari berbagai kemahiran membuat alat.
Pada masa ini, telah dikenal sistem perdagangan. Sistem ini berkembang pada awalnya untuk mendapatkan timah putih, bahan utama pembuatan alat-alat perunggu. Alat-alat dari perunggu yang dihasilkan pada masa ini ialah nekara, kapak, bejana, dan arca-arca. Alat-alat dari besi yang dihasilkan antara lain mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata tembilang, mata pedang, cangkul, tongkat. Kemahiran membuat gerabah dan manik-manik pun makin baik. Manik-manik sudah dibuat dari kaca.
3. Jenis Manusia Praaksara di Indonesia
Manusia yang hidup pada masa praaksara biasa disebut manusia purba. Seperti apa manusia purba yang pernah hidup di Indonesia? Ternyata Indonesia merupakan tempat penting bagi perkembangan penyelidikan tentang manusia purba. Di Indonesia, banyak ditemukan berbagai fosil manusia purba. Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah seperti berikut.
a.Meganthropus
Fosil jenis Meganthropus, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 di Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Manusia purba tertua di Jawa ini diperkirakan hidup antara 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu. Diperkirakan perawakannya sudah tegap, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera. Mereka hidup dari makanan yang terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Fosil jenis Meganthropus, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 di Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Manusia purba tertua di Jawa ini diperkirakan hidup antara 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu. Diperkirakan perawakannya sudah tegap, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera. Mereka hidup dari makanan yang terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan.
b.Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Jenis-jenis Pithecanthropus di Indonesia antara lain Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus erectus. Manusia purba yang diperkirakan hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu ini berbadan tegak sekitar 165-180 cm. Mereka masih menyerupai kera dengan tulang tengkorak yang cukup tebal dan berbentuk lonjong. Pithecanthropus hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka tinggal di padang terbuka dan hidup secara berkelompok.
Fosil Pithecanthropus paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Jenis-jenis Pithecanthropus di Indonesia antara lain Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus erectus. Manusia purba yang diperkirakan hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu ini berbadan tegak sekitar 165-180 cm. Mereka masih menyerupai kera dengan tulang tengkorak yang cukup tebal dan berbentuk lonjong. Pithecanthropus hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka tinggal di padang terbuka dan hidup secara berkelompok.
c. Homo
Manusia jenis homo lebih sempurna dari kedua jenis manusia purba di atas. Manusia dengan tinggi badan antara 130-210 cm ini hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu. Jenisnya antara lain Homo Soloensis (manusia purba dari Solo), Homo Wajakensis (manusia purba dari Wajak), dan Homo Sapiens (manusia cerdas). Manusia purba jenis ini telah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang untuk berburu. Mereka juga telah mampu memasak makanannya walau dengan cara sederhana.
Manusia jenis homo lebih sempurna dari kedua jenis manusia purba di atas. Manusia dengan tinggi badan antara 130-210 cm ini hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu. Jenisnya antara lain Homo Soloensis (manusia purba dari Solo), Homo Wajakensis (manusia purba dari Wajak), dan Homo Sapiens (manusia cerdas). Manusia purba jenis ini telah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang untuk berburu. Mereka juga telah mampu memasak makanannya walau dengan cara sederhana.
4. Sistem Kepercayaan Manusia Praaksara
Sistem kepercayaan telah berkembang pada masa manusia praaksara. Mereka menyadari bahwa ada kekuatan lain di luar mereka. Oleh sebab itu, mereka berusaha mendekatkan diri dengan kekuatan tersebut. Caranya ialah dengan mengadakan berbagai upacara, seperti pemujaan, pemberian sesaji, atau upacara ritual lainnya. Beberapa sistem kepercayaan manusia purba adalah seperti berikut.
a. Animisme
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda. Manusia purba percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia. Mereka juga memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu mendiami semua benda, misalnya pohon, batu, gunung, dsb. Agar mereka tidak diganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada roh-roh tersebut.
b. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar, dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.
c. Totemisme
Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan harimau.
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda. Manusia purba percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia. Mereka juga memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu mendiami semua benda, misalnya pohon, batu, gunung, dsb. Agar mereka tidak diganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada roh-roh tersebut.
b. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar, dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.
c. Totemisme
Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan harimau.
Dalam melaksanakan upacara penyembahannya, manusia purba membuat berbagai bangunan dari batu. Masa ini disebut sebagai kebudayaan Megalithik atau Megalithikum (kebudayaan batu besar). Bangunan-bangunan tersebut masih dapat ditemui saat ini. Sarana upacara ritual manusia purba antara lain seperti berikut.
(1) Peti kubur batu, bangunan yang berfungsi sebagai peti jenazah. Peti kubur ada yang berbentuk kotak persegi panjang, ada pula yang berbentuk kubus dan memiliki tutup dari batu bergambar (disebut juga waruga), serta ada pula yang berbentuk menyerupai mangkuk (disebut juga sarkofagus). Di dalamnya, selain jenazah, juga terdapat 'bekal kubur'.
(2) Menhir, bangunan berupa tiang atau tugu batu sebagai tanda peringatan dan lambang arwah nenek moyang.
(3) Punden berundak, bangunan serupa candi yang terbuat dari susunan batu bertingkat. Merupakan tempat melakukan upacara pemujaan.
(4) Dolmen, bangunan barupa meja batu tempat meletakkan sesaji dalam memuja roh nenek moyang.
(2) Menhir, bangunan berupa tiang atau tugu batu sebagai tanda peringatan dan lambang arwah nenek moyang.
(3) Punden berundak, bangunan serupa candi yang terbuat dari susunan batu bertingkat. Merupakan tempat melakukan upacara pemujaan.
(4) Dolmen, bangunan barupa meja batu tempat meletakkan sesaji dalam memuja roh nenek moyang.
Benda purba merupakan aset bangsa yang tak ternilai. Oleh sebab itu, peninggalan-peninggalan tersebut perlu dilestarikan. Demikian juga dengan benda-benda purba yang mungkin saja terdapat di daerahmu. Kamu pun harus turut menjaga kelestariannya.
MANUSIA PURBA DI INDONESIA
Penelitian manusia purba di Indonesia dilakukan oleh :1. Eugena Dobois,
Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung.
• Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)
• Fosil lain yang ditemukan adalah :
Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia, Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.
• Pithecanthropus Majokertensis, ditemukan di daerah Mojokerto
• Pithecanthropus Soloensis, ditemukan di daerah Solo
Peta Penemuan Fosil Manusia Purba di Jawa Tengah – Jawa Timur
1. Sangiran
2 . Sambungmacan
3 . Sonde
4 . Trinil
5 . Ngandong
7 . Kedung Brubus
8 . Kalibeng
9 . Kabuh
10 . Pucangan
11 . Mojokerto (Jetis-Perning)
2. G.H.R Von Koeningswald
Hasil penemuannya adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun 1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 – 1941 ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Solo.
3. Penemuan lain tentang manusia Purba :
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan Patiayam (kudus).
4. Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang dipimpin oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.
Fosil Manusia Purba yang ditemukan di Asia, Eropa, dan Australia adalah :
• Semuanya jenis Homo yang sudah maju : Serawak (Malaysia Timur), Tabon (Filipina), dan Cina.
• Fosil yang ditemukan di Cina oleh Dr. Davidson Black, dinamai Sinanthropus Pekinensis.
• Fosil yang ditemukan di Neanderthal, dekat Duseldorf, Jerman yang dinamai Homo Neaderthalensis.
• Menurut Dubois, bangsa asli Australia termasuk Homo Wajakensis, sehingga ia berkesimpulan Homo Wajakensis termasuk golongan bangsa Australoid.
Jenis-jenis Manusia Purba yang ditemukan di Indonesia ada tiga jenis :
1. Meganthropus
2. Pithecanthropus
3. Homo
Jenis manusia Purba Pithecanthropus
Ciri-ciri manusia purba yang ditemukan di Indonesia :
1. Ciri Meganthropus :
• Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
• Badannya tegak
• Hidup mengumpulkan makanan
• Makanannya tumbuhan
• Rahangnya kuat
2. Ciri Pithecanthropus :
• Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
• Hidup berkelompok
• Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol
• Mengumpulkan makanan dan berburu
• Makanannya daging dan tumbuhan
3. Ciri jenis Homo :
• Hidup antara 25.000 s/d 40.000 tahun yang lalu
• Muka dan hidung lebar
• Dahi masih menonjol
• Tarap kehidupannya lebih maju dibanding manusia sebelumnya
CORAK KEHIDUPAN PRASEJARAH INDONESIA DAN HASIL BUDAYANYA
Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk mempertahankan dan memperbaiki pola hidupnya menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :
• Bentuk budaya yang bersifat Spiritual
• Bentuk budaya yang bersifat Material
i. Masyarakat Prasejarah mempunyai kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :
• Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Misalnya : batu, keris
• Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka yang bersemayam dalam batu-batu besar, gunung, pohon besar. Roh tersebut dinamakan Hyang.
ii. Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :
• Bersifat Nomaden (hidup berpindah-pindah), yaitu pola kehidupannya belum menetap dan berkelompok di suatu tempat serta, mata pencahariannya berburu dan masih mengumpulkan makanan
• Bersifat Sedenter (menetap), yaitu pola kehidupannya sudah terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat, mata pencahariannya bercocok tanam. Muali mengenal norma adat, yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan
iii. Sistem bercocok tanam/pertanian
• Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak sebagai alat bercocok tanam
• Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk membajak sawah
• Sistem huma untuk menanam padi
• Belum dikenal sistem pemupukan
iv. Pelayaran
Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan mengetahui posisi bintang sebagai penentu arah (kompas)
v. Bahasa
• Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan termasuk rumpun bahasa Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.
• Terjadinya perbedaan bahasa antar daerah karena pengaruh faktor geografis dan perkembangan bahasa.
jenis fosil manusia purba Indonesia:
01. Meganthropus Paleojavanicus (Sangiran).
02. Pithecanthropus Robustus (Trinil).
03. Pithecanthropus Erectus (Homo Erectus) (Trinil).
04. Pithecanthropus Dubius (Jetis).
05. Pithecanthropus Mojokertensis (Perning).
06. Homo Javanensis (Sambung Macan).
07. Homo Soloensis (Ngandong).
08. Homo Sapiens Archaic.
09. Homo Sapiens Neandertahlman Asia.
10. Homo Sapiens Wajakensis (Tulungagung)
11. Homo Modernman.
Peta Persebaran Homo Erectus
KEHIDUPAN PADA MASA PRA AKSARA DI INDONESIA
Mempelajari bagaiman kehidupan dimasalalu merupakan kegiatan yang amat menarik. Kahidupan manusia dari jaman kezaman senantiasa mengalami perkembangan. Kehidupan manusia pada jaman pra aksara atau jaman pra sejarah dapat di pelajari melalui berbagai temuan fosil dan artefak sisa kehidupan dimasa lalu. Kehidupan manusia purba adalah kehidupan yang amat sederhana. Manusia purba hidup dan memenuhi kebutuhanya dengan cara berburu dan meramu, berpindah pindah dari satu empat ketempat lain (nomaden). Pada masa pra sejarah manusia belum mengenal tulisan sehingga masa ini di sebut dengan masa pra aksara.
Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini, bumi telah banyak sekali mengalami perubahan dan perkebangan. Diperkirakan bumi saat ini telah berusia kurang lebih 2.500 juta tahun. Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi mejadi beberapa zaman yaitu arkeozoikum, paleozoikum, mesozoikum, neozoikum.
1. Zaman Arkeozoikum
Merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi.
2. Zaman Paleozoikum
Disebut juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu yang amat derastis di bumi, bumi mendingin. Pada masa ini lah makluk hidup pertamakali diperkirakan muncul, yaitu makluk bersel satu dan tidak bertulang belakang seperti bakteri, serta sejenis amfibi.
3. Zaman Mesozoikum
Disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira 140 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptile besar (dinosaurus) olah karena itu jaman ini disebut juga zaman reptile.
4. Zaman Neozoikum
Zaman Neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Kahidupan di zaman ini mulai stabil, berkembang dan beragam. Zaman ini di bagi menjadi beberapa:
a. Zaman Tersier, ditandai dengan mulai berkurangnya hewan-hewan besar. Telah memeiliki berbagai jenis binatang menyusui, diantaranya kera dan monyet.
b. Zaman Sekunder, ditandai dengan munculnya tenda-tanda kehidupan manusia purba. Zaman ini dibagi kembali menjadi 2 jaman yaitu:
1) Zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai mencairnya es di kutub utara karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada masa inilah kehidupan manusia mulai ada. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.
2) Zaman Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya hamo sapiens, merupakan nenek moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu.
A. Pengertian Praaksara atau Prasejarah
Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat manusia belum menganal tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu zaman tidak ada tulisan. Setelah manusia mengenal tulisan maka disebut zaman sejarah. Berakhirnya zaman prasejarah setiap bangsa berbeda-beda berdasarkan perkembangan setiap bangsa tersebut serta informasi yang masuk ke bangsa itu. Misalnya bangsa Mesir Kuno meninggalkan zaman praaksara sekitar 4000 SM, bangsa Sumeria dan Dravida meninggalkan zaman praaksara sekitar 3000 SM, sedangkan bangsa Indonesia meninggalkan zaman praaksara 400 M.
B. Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia
Dari hasil penelitian dan penemuan fosil, oleh para ahli purbakala manusia purba banyak di temukan di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Manusia purba pada masa lampu telah tinggal di beberapa daerah di Pulau Jawa diantaranya di Lembah Bengawan Solo (Jawa Tengah) dan di Lembah Sungai Brantas (Jawa Timur). Dia daerah daerah tersebut di atas banyak di temukan fosil manusia purba.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis manusia purba diantaranya Meganthropus paleojavanicus, Pithacanthropus erectus, dan Homo (manusia purba modern).
1. Meganthropus paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus artinya manusia purba yang besar dan tertua di Jawa. Manusia purba ini memiliki ciri tubuh yang kekar, diperkirakan sebagai manusia purba yang paling tua diantara manusia purba yang lain. Meganthropus paleojanicus di temukan di Sangiran, Surakarta oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 dan 1941.
2. Pithacanthropus erectus
Pithacanthropus erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri berbadan tegak, dan memiliki tinggi banadan antara 165-180 cm. Pithacanthropus erectus merupakan manusia purba yang paling banyak di temukan di Indonesia diantaranya di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Pertama kali di temukan oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Sungai Bengawan Solo, Surakarta, tahun 1891.
3. Homo
Homo berarti manusia. Manusia purba jenis ini memiliki ciri yang lebih sempurna di bandingkan dengan Meganthropus paleojavanicus dan Pithecantropus erectus. Beberapa jenis homo yang di temukan di Indonesia antara lain.
a. Homo Soloensis, artinya manusia dari Solo. Ditemukan pada tahun 1931-1934, olah Ter Haar dan Ir. Oppenorth di Ngandong, Lembah Sungai Bengawan Solo. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 180 cm, tengkoraknya lebih besar dari Pithacantropus erectus.
b. Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Ditemukan pada tahun 1889, olah Van Reitschoten di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 130-210 cm, tengkoraknya lebih bulat muka tidak terlalu menjorok ke depan, dan telah memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, tulang dan kayu.
c. Homo Sapiens, artinya manusia cerdas. Merupakan generasi terakhir dari manusia purba. Homo sapiens hidup di Zaman Holosen sekitar 4000 tahun yang lalu. Memiliki ciri-ciri fisik yang sudah hampir sama dengan manusia modern saat ini.
C. Perkembangan Kehidupan Manusia Purba di Indonesia
Kehidupan manusia purba pada masa praaksara senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan dan perkembangan itu dapat di jelaskan sebagai berikut.
1. Masa Berburu dan Meramu
Kehidupan manusia purba masa berburu dan meramu senantiasa berpindah-pindah (nomaden). Kehidupan pada masa berburu dan meramu disebut food gathering artinya mengumpulkan makanan yang di sediakan oleh alam tanpa mengolah atau menanam terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan pada masa itu antara lain kapak perimbas untuk marimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang; kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan; dan alat serpih digunkaan sebagai pisau.
2. Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini manusia purba sudah mengenal bercocok tanam (food producing). Namun demikian kehidupan berburu dan merapu tidak sepenuhnya ditinggalkan. Masa ini pula manusia purba mulai tinggal menetap (sedenter) di suatu kampung dengan rumah panggung. Alat-alat yang di gunakan pada masa bercocok tanam berasal dari batu yang telah di haluskan, antara lain mata panah untuk berburu; barang pecah belah dari tanah liat (gerabah); beliung persegi untuk menebang kayu dan mencangkul; kapak lonjong untuk mengolah tanah.
3. Masa Perundagian (Pertukangan)
Pada masa ini manusia sudah mengenal teknologi sederhana dan pembagian kerja. Saat itu manusia menganal pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi sebagai barang-barang kebutuhan rumah tangga.
a. Nekara dan Moko, berbentuk seperti tambur atau dandang terbalik. Digunkaan pada upacara adapt sebagai benda pusaka.
b. Kapak perunggu/kapak corong, berbentuk menyerupai corong terbuat dari perunggu.
c. Benda-benda lain, seperti bejana perunggu, manik-manik, gerabah dan mata tombak.
D. Sistem Kepercayaan Manusia Purba pada Masa Praaksara
Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan ritual.
Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan shamanisme.
a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung.
c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan.
Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangaun bangaunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar). Bangunan yang di buat pada masa megalitikum diantaranya.
a. Menhir, adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan melambangkan kehormatan arwah nenek moyang.
b. Dolmen, adalah meja batu untuk meletakkan sesaji.
c. Peti kubur batu, adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang berfungsi sebagai peti jenazah.
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua keeping yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.
e. Punden berundak, adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti candi. Digunakan untuk upacara pemujaan.
f. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup lempengan batu yang lebar.
E. Peninggalan Kebudayaan Masa Praaksara
Dalam memenuhi kebutuhanya manusia purba membutuhkan berbagai peralatan meskipun masih sangat sederhana. Berdasarkan peninggalan kebudayaannya masa pra kasara dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Zaman Batu (lithikum)
Pada zaman ini semua peralatan yang dibuat berasal dari batu. Zaman batu dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Zaman batu tua (paleolithikum), pada masa ini manusia purba masih menggunakan alat-alat dari batu yang masih kasar dan belum diasah.
b. Zaman batu tengah (Mesolithikum), pada masa ini manusia purba masih menggunkan peralatan dari batu yang sudah diasah namun belum halus.
c. Zaman batu muda (Neolithikum), pada masa ini manusia purba masih menggunakan peralatan dari batu namun telah di asah dengan halus.
2. Zaman Logam
Pada masa ini manusia purba telah memiliki kemampuan melebur logam untuk membuat peralatan. Dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Zaman tembaga, manusia purba sudah dapat memanfaatkan logam tembaga untuk dibuat berbagai peralatan. Indonesia tidak mengalami zaman tembaga.
b. Zaman perunggu, manusia purba sudah membuat peralatan dari perunggu yang diperoleh dari campuran logam tembaga dan timah. Bentuknya lebih halus dari pada peralatan pada zaman tembaga. Ada dua cara yang umum di gunakan dalam pembuatan peralatan dari perunggu yaitu A che perdue yaitu teknik cetak hilang dan Bi Valve yaitu teknik setangkup.
c. Zaman besi, manusia purba sudah mampu melebur bijih besi menjadi peralatan kebutuhan sehari-hari meskipun masih kasar.
Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini, bumi telah banyak sekali mengalami perubahan dan perkebangan. Diperkirakan bumi saat ini telah berusia kurang lebih 2.500 juta tahun. Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi mejadi beberapa zaman yaitu arkeozoikum, paleozoikum, mesozoikum, neozoikum.
1. Zaman Arkeozoikum
Merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi.
2. Zaman Paleozoikum
Disebut juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu yang amat derastis di bumi, bumi mendingin. Pada masa ini lah makluk hidup pertamakali diperkirakan muncul, yaitu makluk bersel satu dan tidak bertulang belakang seperti bakteri, serta sejenis amfibi.
3. Zaman Mesozoikum
Disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira 140 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptile besar (dinosaurus) olah karena itu jaman ini disebut juga zaman reptile.
4. Zaman Neozoikum
Zaman Neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Kahidupan di zaman ini mulai stabil, berkembang dan beragam. Zaman ini di bagi menjadi beberapa:
a. Zaman Tersier, ditandai dengan mulai berkurangnya hewan-hewan besar. Telah memeiliki berbagai jenis binatang menyusui, diantaranya kera dan monyet.
b. Zaman Sekunder, ditandai dengan munculnya tenda-tanda kehidupan manusia purba. Zaman ini dibagi kembali menjadi 2 jaman yaitu:
1) Zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai mencairnya es di kutub utara karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada masa inilah kehidupan manusia mulai ada. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.
2) Zaman Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya hamo sapiens, merupakan nenek moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu.
A. Pengertian Praaksara atau Prasejarah
Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat manusia belum menganal tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu zaman tidak ada tulisan. Setelah manusia mengenal tulisan maka disebut zaman sejarah. Berakhirnya zaman prasejarah setiap bangsa berbeda-beda berdasarkan perkembangan setiap bangsa tersebut serta informasi yang masuk ke bangsa itu. Misalnya bangsa Mesir Kuno meninggalkan zaman praaksara sekitar 4000 SM, bangsa Sumeria dan Dravida meninggalkan zaman praaksara sekitar 3000 SM, sedangkan bangsa Indonesia meninggalkan zaman praaksara 400 M.
B. Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia
Dari hasil penelitian dan penemuan fosil, oleh para ahli purbakala manusia purba banyak di temukan di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Manusia purba pada masa lampu telah tinggal di beberapa daerah di Pulau Jawa diantaranya di Lembah Bengawan Solo (Jawa Tengah) dan di Lembah Sungai Brantas (Jawa Timur). Dia daerah daerah tersebut di atas banyak di temukan fosil manusia purba.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis manusia purba diantaranya Meganthropus paleojavanicus, Pithacanthropus erectus, dan Homo (manusia purba modern).
1. Meganthropus paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus artinya manusia purba yang besar dan tertua di Jawa. Manusia purba ini memiliki ciri tubuh yang kekar, diperkirakan sebagai manusia purba yang paling tua diantara manusia purba yang lain. Meganthropus paleojanicus di temukan di Sangiran, Surakarta oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 dan 1941.
2. Pithacanthropus erectus
Pithacanthropus erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri berbadan tegak, dan memiliki tinggi banadan antara 165-180 cm. Pithacanthropus erectus merupakan manusia purba yang paling banyak di temukan di Indonesia diantaranya di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Pertama kali di temukan oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Sungai Bengawan Solo, Surakarta, tahun 1891.
3. Homo
Homo berarti manusia. Manusia purba jenis ini memiliki ciri yang lebih sempurna di bandingkan dengan Meganthropus paleojavanicus dan Pithecantropus erectus. Beberapa jenis homo yang di temukan di Indonesia antara lain.
a. Homo Soloensis, artinya manusia dari Solo. Ditemukan pada tahun 1931-1934, olah Ter Haar dan Ir. Oppenorth di Ngandong, Lembah Sungai Bengawan Solo. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 180 cm, tengkoraknya lebih besar dari Pithacantropus erectus.
b. Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Ditemukan pada tahun 1889, olah Van Reitschoten di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 130-210 cm, tengkoraknya lebih bulat muka tidak terlalu menjorok ke depan, dan telah memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, tulang dan kayu.
c. Homo Sapiens, artinya manusia cerdas. Merupakan generasi terakhir dari manusia purba. Homo sapiens hidup di Zaman Holosen sekitar 4000 tahun yang lalu. Memiliki ciri-ciri fisik yang sudah hampir sama dengan manusia modern saat ini.
C. Perkembangan Kehidupan Manusia Purba di Indonesia
Kehidupan manusia purba pada masa praaksara senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan dan perkembangan itu dapat di jelaskan sebagai berikut.
1. Masa Berburu dan Meramu
Kehidupan manusia purba masa berburu dan meramu senantiasa berpindah-pindah (nomaden). Kehidupan pada masa berburu dan meramu disebut food gathering artinya mengumpulkan makanan yang di sediakan oleh alam tanpa mengolah atau menanam terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan pada masa itu antara lain kapak perimbas untuk marimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang; kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan; dan alat serpih digunkaan sebagai pisau.
2. Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini manusia purba sudah mengenal bercocok tanam (food producing). Namun demikian kehidupan berburu dan merapu tidak sepenuhnya ditinggalkan. Masa ini pula manusia purba mulai tinggal menetap (sedenter) di suatu kampung dengan rumah panggung. Alat-alat yang di gunakan pada masa bercocok tanam berasal dari batu yang telah di haluskan, antara lain mata panah untuk berburu; barang pecah belah dari tanah liat (gerabah); beliung persegi untuk menebang kayu dan mencangkul; kapak lonjong untuk mengolah tanah.
3. Masa Perundagian (Pertukangan)
Pada masa ini manusia sudah mengenal teknologi sederhana dan pembagian kerja. Saat itu manusia menganal pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi sebagai barang-barang kebutuhan rumah tangga.
a. Nekara dan Moko, berbentuk seperti tambur atau dandang terbalik. Digunkaan pada upacara adapt sebagai benda pusaka.
b. Kapak perunggu/kapak corong, berbentuk menyerupai corong terbuat dari perunggu.
c. Benda-benda lain, seperti bejana perunggu, manik-manik, gerabah dan mata tombak.
D. Sistem Kepercayaan Manusia Purba pada Masa Praaksara
Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan ritual.
Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan shamanisme.
a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung.
c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan.
Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangaun bangaunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar). Bangunan yang di buat pada masa megalitikum diantaranya.
a. Menhir, adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan melambangkan kehormatan arwah nenek moyang.
b. Dolmen, adalah meja batu untuk meletakkan sesaji.
c. Peti kubur batu, adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang berfungsi sebagai peti jenazah.
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua keeping yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.
e. Punden berundak, adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti candi. Digunakan untuk upacara pemujaan.
f. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup lempengan batu yang lebar.
E. Peninggalan Kebudayaan Masa Praaksara
Dalam memenuhi kebutuhanya manusia purba membutuhkan berbagai peralatan meskipun masih sangat sederhana. Berdasarkan peninggalan kebudayaannya masa pra kasara dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Zaman Batu (lithikum)
Pada zaman ini semua peralatan yang dibuat berasal dari batu. Zaman batu dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Zaman batu tua (paleolithikum), pada masa ini manusia purba masih menggunakan alat-alat dari batu yang masih kasar dan belum diasah.
b. Zaman batu tengah (Mesolithikum), pada masa ini manusia purba masih menggunkan peralatan dari batu yang sudah diasah namun belum halus.
c. Zaman batu muda (Neolithikum), pada masa ini manusia purba masih menggunakan peralatan dari batu namun telah di asah dengan halus.
2. Zaman Logam
Pada masa ini manusia purba telah memiliki kemampuan melebur logam untuk membuat peralatan. Dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Zaman tembaga, manusia purba sudah dapat memanfaatkan logam tembaga untuk dibuat berbagai peralatan. Indonesia tidak mengalami zaman tembaga.
b. Zaman perunggu, manusia purba sudah membuat peralatan dari perunggu yang diperoleh dari campuran logam tembaga dan timah. Bentuknya lebih halus dari pada peralatan pada zaman tembaga. Ada dua cara yang umum di gunakan dalam pembuatan peralatan dari perunggu yaitu A che perdue yaitu teknik cetak hilang dan Bi Valve yaitu teknik setangkup.
c. Zaman besi, manusia purba sudah mampu melebur bijih besi menjadi peralatan kebutuhan sehari-hari meskipun masih kasar.
Persebaran Nenek Moyang
Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia
Nenek Moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunani di Cina Selatan. Hal ini didukung dengan bukti kesamaan artefak prasejarah yang ditemukan di Indonesia dengan daratan Asia. Alat transportasi yang digunakan perahu bercadik.
Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Gelombang | Bangsa | Jalur Persebaran | Peninggalan | Keturunan |
I | Proto Melayu (2000 SM) | 1. Yunan, Jepang, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Papua. | Kapak lonjong | Toraja |
2. Yunan, Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan | Kapak Persegi | Dayak, Batak, Sasak, Nias | ||
II | Deutero Melayu (500 SM) | Yunan, Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusatenggara | Artefak Perunggu | Minang, Jawa, Bugis |
1931-1933 | | Ngandong, Sangiran, Lembah Bengawan Solo |
Nenek Moyang Indonesia pada waktu itu sudah tinggi peradabannya.
- Bidang Pemerintahan
Mengenal asas Demokrasi, segala sesuatu diselesaikan melalui musyawarah - Bidang Ekonomi
Mengenal sistem bercocok tanam (Food Producing) dan perdagangan dengan sistem Barter - Bidang Kepercayaan/Religius
Mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme - Bidang Ilmu Pengetahuan
Mengenal ilmu pelayaran, astronomi
B. Hindu-Buddha dan Perkembangannya di Indonesia
Hindu-Buddha merupakan dua agama yang berasal dari satu negara berpenduduk padat di dunia, India. Dari India, agama ini kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, kedua agama ini masih hidup dan berkembang sampai saat ini. Sebelum kita melihat lebih jauh tentang persebaran agama Hindu-Buddha, kita akan meninjau sejenak sejarah berdirinya kedua agama tersebut.
Agama Hindu berasal dari India. Agama ini merupakan perpaduan antara agama yang dianut oleh bangsa Arya dan bangsa Dravida. Bangsa Arya yang berasal dari Asia Tengah berhasil mendesak bangsa asli India, Dravida. Terjadi pembauran antara bangsa Arya dan bangsa Dravida yang selanjutnya menurunkan generasi yang disebut bangsa Hindu. Kata hindu berasal dari kata sindhu (bahasa Sanskerta) yang berarti sungai. Kata ini mengacu pada Sungai Indus yang menjadi sumber air bagi kehidupan di sekitarnya. Sumber ajaran agama Hindu terdapat dalam kitab suci Weda (terdiri atas empat kitab), Brahmana (merupakan tafsir dari kitab Weda), dan Upanisad (memuat dasardasar filsafat hubungan antara manusia dan TUHAN). Kata weda berasal dari kata vid artinya tahu. Weda atau veda berarti pengetahuan suci. Kitab ini ditulis ketika bangsa Arya menduduki Punjam, 3.000 tahun sebelum Masehi.
Gambar 6.2 Trimurti Sumber: www.indhistory.com
Dewa-dewa utama dalam ajaran Hindu ialah Dewa Trimurti (kesatuan dari tiga dewa). Ketiga dewa tersebut ialah:
(1) Dewa Brahma. Brahma bertugas menciptakan alam semesta dan mengatur segala peristiwa di dunia. Kendaraannya berupa angsa.
(2) Dewa Wisnu. Wisnu bertugas memelihara alam semesta. Kendaraannya berupa seekor burung garuda.
(3) Dewa Syiwa. Syiwa bertugas sebagai perusak semua yang tidak lagi berguna di alam. Kendaraannya seekor lembu.
(1) Dewa Brahma. Brahma bertugas menciptakan alam semesta dan mengatur segala peristiwa di dunia. Kendaraannya berupa angsa.
(2) Dewa Wisnu. Wisnu bertugas memelihara alam semesta. Kendaraannya berupa seekor burung garuda.
(3) Dewa Syiwa. Syiwa bertugas sebagai perusak semua yang tidak lagi berguna di alam. Kendaraannya seekor lembu.
Pemujaan terhadap para dewa dipimpin oleh seorang pendeta yang disebut brahmana. Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1. Widhi Tattwa: percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2. Atma Tattwa: percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3. Karmaphala Tattwa: percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4. Punarbhawa Tattwa: percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5. Moksa Tattwa: percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
1. Widhi Tattwa: percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2. Atma Tattwa: percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3. Karmaphala Tattwa: percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4. Punarbhawa Tattwa: percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5. Moksa Tattwa: percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Gambar 6.4 Omkara, simbol suci bagi umat Hindu yang melambangkan Brahman (Tuhan) Yang Mahakuasa. Sumber: www.wikipedia.org
Dalam masyarakat Hindu, dikenal lima kasta atau kelas, yaitu:
(1) Brahmana: terdiri atas pemimpin agama atau pendeta
(2) Ksatria: terdiri atas para bangsawan, raja dan keturunannya, serta prajuritprajuritnya
(3) Waisya: terdiri atas pengusaha dan pedagang
(4) Sudra: terdiri atas para petani dan pekerja kasar
(5) Paria: terdiri atas gelandangan (orang yang haram untuk disentuh)
(1) Brahmana: terdiri atas pemimpin agama atau pendeta
(2) Ksatria: terdiri atas para bangsawan, raja dan keturunannya, serta prajuritprajuritnya
(3) Waisya: terdiri atas pengusaha dan pedagang
(4) Sudra: terdiri atas para petani dan pekerja kasar
(5) Paria: terdiri atas gelandangan (orang yang haram untuk disentuh)
Tempat suci umat Hindu antara lain kota Benares yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Syiwa. Sungai Gangga dianggap keramat dan suci karena air Sungai Gangga dianggap dapat mensucikan abu jenazah yang dibuang ke dalamnya. Hari raya umat Hindu ialah Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Nyepi, dan Siwaratri.
2. Agama Buddha
Agama Buddha juga berasal dari India. Agama ini timbul sebagai reaksi masyarakat terhadap peran kaum Brahmana yang dianggap terlalu berlebihan dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka. Agama ini didasarkan pada ajaran Sidharta Gautama. Sidharta Gautama digelari Sang Buddha (orang yang mendapat pencerahan) karena ia mendapat penerangan yang sempurna setelah bertapa di tengah hutan.
Gambar 6.6 Sang Buddha dan arca Buddha di Candi Borobudur Sumber: www.wihara.com dan www.wikipedia.org
Agama Buddha tidak mengakui pembagian kasta dalam masyarakat. Menurut ajaran Buddha, setiap orang punya hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan asalkan ia mampu mengendalikan dirinya sehingga bebas dari samsara. Penderitaan dapat dihentikan dengan cara menindas trisna (nafsu). Nafsu dapat ditindas melalui delapan jalan (astavidha), yaitu pandangan (ajaran) yang benar, niat atau sikap yang benar, berbicara yang benar, berbuat atau bertingkah laku yang benar, penghidupan yang benar, berusaha yang benar, memerhatikan hal-hal yang benar, dan bersemedi yang benar. Pemeluk agama Buddha wajib melaksanakan tiga ikrar (Tri Ratna), yaitu: berlindung kepada Buddha, berlindung kepada Dharma (ajaran) agama Buddha, dan berlindung kepada Sanggha (perkumpulan) masyarakat pemeluk agama Buddha. Kitab suci agama Buddha ialah Tripitaka (Tiga Keranjang) yang terdiri atas Vinayapitaka (berisi tentang bermacam-macam aturan hidup dan hukum penentu cara hidup pemeluknya), Sutrantapitaka (berisi tentang pokok-pokok wejangan Sang Buddha), dan Abdhidharmapitaka (berisi tentang penjelasan dan kupasan mengenai sosial beragama atau falsafah agama). Umat Buddha merayakan Hari Raya Triwaisak, yang merupakan peringatan kelahiran, menerima bodhi, dan wafatnya Sang Buddha yang bertepatan dengan saat bulan purnama pada bulan Mei.
Gambar 6.7 Vihara, tempat beribadah umat Buddha Sumber: www.hakka.singbebas.blogspot.com
Agama Buddha terbagi atas dua aliran. Pertama, Mahayana yang mengajarkan bahwa untuk mencapai Nirwana, setiap orang harus mengembangkan sikap kebijaksanaan dan sifat welas asih. Kedua, Hinayana yang mengajarkan bahwa untuk mencapai Nirwana, sangat bergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Agama Buddha mencapai puncak kejayaannya pada zaman kekuasaan Raja Asoka (273-232 SM) yang menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Tempattempat suci umat Buddha antara lain Bodh-Gaya, tempat bersemedi Sidharta Gautama.
3. Proses dan Jalur Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia
Hindu-Buddha merupakan agama yang diakui keberadaannya di Indonesia. Hari-hari besar keagamaannya diperlakukan sama dengan agama besar lainnya di Indonesia, Islam. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama ini di Nusantara? Ternyata ada beberapa aliran pendapat tentang proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia.
a. Waisya
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para pedagang yang banyak menikah dengan penduduk asli. Mereka menikah karena harus tinggal untuk waktu minimal 6 bulan sambil menunggu pergantian musim untuk kembali ke negaranya. Pendapat ini didukung oleh N.J. Krom dan Purbacaraka.
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para pedagang yang banyak menikah dengan penduduk asli. Mereka menikah karena harus tinggal untuk waktu minimal 6 bulan sambil menunggu pergantian musim untuk kembali ke negaranya. Pendapat ini didukung oleh N.J. Krom dan Purbacaraka.
b. Brahmana
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para brahmana yang mendapat undangan dari para penguasa untuk menobatkan para raja, mempimpin upacara keagamaan, dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Dari istana, agama ini kemudian menyebar ke seluruh kerajaan. Pendapat ini didukung oleh J.C. van Leur.
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para brahmana yang mendapat undangan dari para penguasa untuk menobatkan para raja, mempimpin upacara keagamaan, dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Dari istana, agama ini kemudian menyebar ke seluruh kerajaan. Pendapat ini didukung oleh J.C. van Leur.
c. Ksatria
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para ksatria yang kalah perang di India. Mereka mendirikan koloni di Nusantara dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Nusantara. Pendapat ini didukung oleh C.C. Berg dan Majumdar.
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para ksatria yang kalah perang di India. Mereka mendirikan koloni di Nusantara dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Nusantara. Pendapat ini didukung oleh C.C. Berg dan Majumdar.
d. Arus Balik
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena para brahmana, pedagang, juga orang-orang Indonesia sendiri. Ada yang berdagang, ada pula yang sengaja datang ke India untuk belajar. Ketika kembali, mereka menyebarkan agama baru yang mereka dapatkan di India. Pendapat ini didukung oleh George Coedes dan FDK Bosch
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena para brahmana, pedagang, juga orang-orang Indonesia sendiri. Ada yang berdagang, ada pula yang sengaja datang ke India untuk belajar. Ketika kembali, mereka menyebarkan agama baru yang mereka dapatkan di India. Pendapat ini didukung oleh George Coedes dan FDK Bosch
Gambar 6.8 Pusat-pusat Hindu- Buddha dan penyebarannya ke Indonesia Sumber: Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia
Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha terjadi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Aspek-aspek tersebut meliputi bidang sosial, teknologi, kesenian, juga pendidikan.
a. Bidang Sosial
Di bidang sosial, tradisi Hindu-Buddha berpengaruh terhadap sistem kemasyarakatan dan pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat Indonesia tersusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku. Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran Hindu-Buddha. Timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
Di bidang sosial, tradisi Hindu-Buddha berpengaruh terhadap sistem kemasyarakatan dan pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat Indonesia tersusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku. Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran Hindu-Buddha. Timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
b. Bidang Teknologi
Perhatikanlah Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Dapatkah kamu bayangkan bahwa ratusan tahun yang lalu, telah ada teknologi yang mampu digunakan untuk membuat bangunan begitu indah? Peninggalan Hindu-Buddha dalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagai makam raja dan bagian atas punden bertingkat itu dibuatkan patung rajanya. Adapun candi di India berbentuk stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
Perhatikanlah Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Dapatkah kamu bayangkan bahwa ratusan tahun yang lalu, telah ada teknologi yang mampu digunakan untuk membuat bangunan begitu indah? Peninggalan Hindu-Buddha dalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagai makam raja dan bagian atas punden bertingkat itu dibuatkan patung rajanya. Adapun candi di India berbentuk stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
c. Kesenian
Kamu pernah melihat tarian Bali atau menyaksikan seni beladiri Kongfu? Itulah contoh pengaruh tradisi kebudayaan Hindu-Buddha yang masih kita temui saat ini. Pengaruh tradisi Hindu-Buddha di Indonesia tampak juga pada bidang kesenian, khususnya seni rupa dan seni sastra. Dalam bidang seni rupa, banyak kita ditemui hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu Buddha terlihat pada penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Ada juga hasil kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India, yaitu cerita Ramayana dan Mahabrata yang dijadikan lakon wayang. Banyak kitab Hindu-Buddha yang menjadi aset bangsa saat ini. Di antaranya Negarakertagama dan Barathayudha.
Kamu pernah melihat tarian Bali atau menyaksikan seni beladiri Kongfu? Itulah contoh pengaruh tradisi kebudayaan Hindu-Buddha yang masih kita temui saat ini. Pengaruh tradisi Hindu-Buddha di Indonesia tampak juga pada bidang kesenian, khususnya seni rupa dan seni sastra. Dalam bidang seni rupa, banyak kita ditemui hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu Buddha terlihat pada penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Ada juga hasil kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India, yaitu cerita Ramayana dan Mahabrata yang dijadikan lakon wayang. Banyak kitab Hindu-Buddha yang menjadi aset bangsa saat ini. Di antaranya Negarakertagama dan Barathayudha.
d. Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-Buddha. Salah satu hasil dari perkembangan pendidikan, dikemukakan oleh I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat "universitas" yang dapat menampung ratusan mahasiswa biarawan Buddha untuk belajar agama.
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-Buddha. Salah satu hasil dari perkembangan pendidikan, dikemukakan oleh I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat "universitas" yang dapat menampung ratusan mahasiswa biarawan Buddha untuk belajar agama.
Gambar 6.11 Yupa dari Kutai Sumber: www.e-dukasi.net
Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha yang berasal dari India menyebar ke Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, pengaruh Hindu-Buddha sangat besar sehingga muncul kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Banyak kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kutai, Tarumanegara, Holing, Sriwijaya, Mataram Kuno, Kanjuruhan, Singosari, Kediri, Sunda, Bali, dan Majapahit. Beberapa di antaranya akan dijelaskan berikut ini.
a. Kerajaan Kutai
Perhatikan peta pada Gambar 6.10. Di manakah letak Kerajaan Kutai? Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam. Berdasarkan informasi yang ditemukan pada tujuh prasasti berupa yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta, diketahui bahwa Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan yang dikenal juga dengan sebutan Negeri Tujuh Yupa diperkirakan berdiri pada tahun 400 M. Dalam prasasti tersebut terdapat informasi yang menyangkut kehidupan politik, pemerintahan, sosial, budaya, dan ekonomi Kerajaan Kutai seperti berikut.
Perhatikan peta pada Gambar 6.10. Di manakah letak Kerajaan Kutai? Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam. Berdasarkan informasi yang ditemukan pada tujuh prasasti berupa yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta, diketahui bahwa Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan yang dikenal juga dengan sebutan Negeri Tujuh Yupa diperkirakan berdiri pada tahun 400 M. Dalam prasasti tersebut terdapat informasi yang menyangkut kehidupan politik, pemerintahan, sosial, budaya, dan ekonomi Kerajaan Kutai seperti berikut.
Raja pertama yang memerintah Kutai bernama Kudungga. Raja Kudungga memiliki putra bernama Aswawarman. Aswawarman memiliki putra Mulawarman. Dilihat dari nama, Kudungga bukanlah nama Hindu, tetapi nama Indonesia asli. Nama Aswawarman dan Mulawarman adalah nama-nama berbau Hindu. warman berarti pakaian perang. Penambahan nama itu diberikan dalam upacara penobatan raja secara agama Hindu. Keluarga Kudungga pernah melakukan upacara Vratyastoma, yaitu upacara Hindu untuk penyucian diri sebagai syarat masuk pada kasta Ksatria. Berdasarkan nama dan gelar yang disandangnya, Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu berawal dari pemerintahan Aswawarman. Setelah Raja Aswawarman, Kutai diperintah oleh Mulawarman, putranya pada abad ke-4. Raja Mulawarman disebutkan sebagai seorang raja besar yang sangat mulia dan baik budinya. Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai merupakan kerajaan yang kaya dan makmur. Sang Raja memberikan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
b. Kerajaan Tarumanegara
Pada pertengahan abad ke-5 M, di daerah lembah Sungai Citarum, Jawa Barat terdapat kerajaan bernama Tarumanegara (Kerajaan Taruma). Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Jawa. Jika berita tentang Kutai kita peroleh dari yupa, berita tentang Tarumanegara kita peroleh dari prasasti dan berita Cina. Ada tujuh prasasti yang memuat tentang Kerajaan Tarumanegara. Perhatikan tabel prasasti berikut ini.
Pada pertengahan abad ke-5 M, di daerah lembah Sungai Citarum, Jawa Barat terdapat kerajaan bernama Tarumanegara (Kerajaan Taruma). Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Jawa. Jika berita tentang Kutai kita peroleh dari yupa, berita tentang Tarumanegara kita peroleh dari prasasti dan berita Cina. Ada tujuh prasasti yang memuat tentang Kerajaan Tarumanegara. Perhatikan tabel prasasti berikut ini.
Tabel 6.1 Prasasti yang Menceritakan Keberadaan Kerajaan Tarumanegara
Dari catatan seorang musafir Cina, Fa-Hien, diperoleh keterangan bahwa pada tahun 414, terdapat kerajaan bernama To-lo-mo. Fa-Hien yang sedang melakukan perjalanan menuju India dan singgah di Ye-po-ti (Jawa) di To-lo-mo banyak terdapat orang Hindu, ada juga orang Buddha. Dikatakan juga bahwa raja mempunyai kekuasaan sangat besar karena raja dianggap sebagai keturunan dewa.
Gambar 6.13 Prasasti Tugu ditemukan di Tanjung Priok, Jakarta dan huruf Pallawa Sumber: www.picasaweb.google.com
c. Kerajaan Ho-ling
Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah (Perhatikan Gambar 7.3). Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India, Kalingga. Tidak ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut Berita Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja ialah peterana gading. Orang orangnya sudah pandai tulis menulis dan mengenal ilmu perbintangan. Dalam Berita Cina disebut adanya Ratu His-mo atau Sima, yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang bersama agama Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya pendeta Cina Hwi Ning di Kaling dan tinggal selama tiga tahun. Dengan bantuan seorang pendeta setempat yang bernama Jnanabhadra, Hwi Ning menterjemahkan kitab Hinayana dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina.
Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah (Perhatikan Gambar 7.3). Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India, Kalingga. Tidak ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut Berita Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja ialah peterana gading. Orang orangnya sudah pandai tulis menulis dan mengenal ilmu perbintangan. Dalam Berita Cina disebut adanya Ratu His-mo atau Sima, yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang bersama agama Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya pendeta Cina Hwi Ning di Kaling dan tinggal selama tiga tahun. Dengan bantuan seorang pendeta setempat yang bernama Jnanabhadra, Hwi Ning menterjemahkan kitab Hinayana dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina.
d. Kerajaan Sriwijaya
Kata sriwijaya berasal dari kata sri = mulia dan kata wijaya = kemenangan. Kemenangan yang dimaksud di sini ialah kemenangan Dapunta Hyang dalam melakukan perjalanan suci (manalp siddhayatra). Kerajaan ini berdiri pada abad ke-7 M. Pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Seperti halnya Kutai dan Tarumanegara, keberadaan Sriwijaya juga diketahui dari prasasti dan Berita Cina. Dari tempat ditemukannya prasasti yang menyebutkan tentang Sriwijaya, dapat diketahui bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar. Ada sembilan prasasti yang menceritakan tentang keberadaan Sriwijaya. Tiga di antaranya ditemukan di luar negeri.
Kata sriwijaya berasal dari kata sri = mulia dan kata wijaya = kemenangan. Kemenangan yang dimaksud di sini ialah kemenangan Dapunta Hyang dalam melakukan perjalanan suci (manalp siddhayatra). Kerajaan ini berdiri pada abad ke-7 M. Pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Seperti halnya Kutai dan Tarumanegara, keberadaan Sriwijaya juga diketahui dari prasasti dan Berita Cina. Dari tempat ditemukannya prasasti yang menyebutkan tentang Sriwijaya, dapat diketahui bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar. Ada sembilan prasasti yang menceritakan tentang keberadaan Sriwijaya. Tiga di antaranya ditemukan di luar negeri.
Gambar 6.14 Bandar Sriwijaya Sumber: www.budpar.go.id
Sriwijaya mencapai kemajuan di segala aspek kehidupan masyarakat ketika diperintah Raja Balaputradewa. Balaputradewa bahkan sudah menjalin hubungan dengan Kerajaan Benggala dan Kerajaan Chola di India. Pada masa Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat perdagangan dunia di Asia Tenggara dan menjadi pusat perkembangan agama Buddha. Ia mendirikan Universitas Nalanda untuk mendidik para biksu dan bikhuni dengan murid berasal dari Jawa, Cina, Campa, Tanah Genting Kra, bahkan India. Selain prasasti, informasi tentang Sriwijaya banyak diperoleh dari catatan Dinasti Tang di Cina dan dari catatan I Tsing, seorang musafir Cina yang belajar paramasastra Sanskerta di Sriwijaya. Dinasti Tang mencatat bahwa utusan Sriwijaya pernah datang ke Cina, yaitu tahun 971, 972, 975, 980, dan tahun 983. Itulah sebabnya ditemukan catatan tentang Sriwijaya dalam Prasasti Kanton.
Gambar 6.15 Prasasti Kedukan Bukit Sumber: www.melayuonline.com
Tabel 6.2 Prasasti yang menceritakan keberadaan Sriwijaya
Menurut catatan I Tsing, Sriwijaya berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan agama Buddha di Asia Tenggara. I Tsing belajar tata bahasa Sanskerta dan teologi Buddha di Sriwijaya. I Tsing menerjemahkan kitab kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Sriwijaya juga terkenal sebagai kerajaan maritim dan memiliki armada laut. Perhatikanlah Peta Kerajaan Sriwijaya. Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya merupakan pusat perdagangan di Asia Tenggara karena menguasai dua selat besar yang penting dalam perdagangan, Selat Malaka dan Selat Sunda. Sriwijaya mulai mengalami kemunduran setelah mendapat serangan dari Dharmawangsa (992), Rajendra Coladewa dari Kerajaan Colamandala (1023, 1030, dan tahun 1060), Kertanegara (1275), dan Gajah Mada (1377). Sriwijaya akhirnya hancur ketika Majapahit mulai berkembang di Jawa.
e. Kerajaan Mataram Kuno dan Peninggalannya
Seperti keberadaan kerajaan-kerajaan sebelumnya, keberadaan Kerajaan Mataram Kuno ini pun kita ketahui dari prasasti-prasasti yang ditemukan. Cukup banyak prasasti yang berisi informasi tentang Mataram. Di samping prasasti, informasi tentang Mataram juga dapat diperoleh dari candi-candi, kitab cerita Parahyangan (Sejarah Pasundan), dan Berita Cina. Kerajaan yang diperkirakan berdiri pada abad ke-7 ini terletak di daerah pedalaman Jawa Tengah, kemungkinan besar di daerah Kedu sampai sekitar Prambanan (berdasarkan letak prasasti yang ditemukan). Kerajaan yang terletak di antara pegunungan dan sungai-sungai besar seperti Bengawan Solo ini mula-mula diperintah oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Sanjaya adalah seorang raja yang bijaksana. Pada masa pemerintahannya, rakyatnya hidup makmur. Pada masa pemerintahan Sanjaya, ada dinasti lain yang lebih besar, yaitu Dinasti Syailendra. Keluarga Sanjaya beragama Hindu dan keluarga Syailendra beragama Buddha. Setelah Sanjaya, Mataram kemudian diperintah oleh Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran.
Dari namanya, raja ini berasal dari kedua keluarga tersebut. Setelah Panangkaran, Mataram terpecah menjadi Mataram Hindu dan Mataram Buddha. Namun, pada tahun 850, Mataram kembali bersatu dengan menikahnya Rakai Pikatan dan Pramodharwani, putri keluarga Syailendra. Setelah Pikatan, Mataram diperintah oleh Balitung (898—910) yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung. Balitung adalah raja terbesar Mataram. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masanyalah dibuat prasasti yang berisi nama-nama raja sebelumnya sampai dirinya. Setelah Balitung, berturut-turut memerintah Daksa ( 910—919), Tulodong (919 —924), dan Wawa (824 —929). Mataram kemudian diperintah oleh Sindhok (929 — 949) keponakan Wawa dari keluarga Ishana karena Wawa tidak mempunyai anak. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Dinasti Sanjaya. Sindhok kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur karena (1) sering meletusnya Gunung Merapi, dan (2) Mataram sering diserang oleh Sriwijaya. Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini sering disebut Kerajaan Medang. Mpu Sindhok merupakan penguasa baru di Jawa Timur dan mendirikan wangsa Icyana. Keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta (1042) yang dikeluarkan oleh Airlangga. Setelah Sindhok, Raja Dharmawangsa (991—1016) bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa pralaya, yaitu penyerangan raja Wora Wari.
Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga, menantunya, yang berhasil lolos dari peristiwa pralaya. Airlangga berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur. Airlangga terkenal sebagai raja yang bijaksana, digambarkan sebagai Dewa Wisnu. Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi kerajaannya menjadi Jenggala (Singosari) dan Panjalu (Kediri). Namun, kerajaan yang bertahan adalah kerajaan Kediri. Airlangga wafat pada tahun 1049. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram Kuno.
f. Kerajaan Kediri dan Singosari dengan Peninggalannya
Setelah Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua, sejarah selanjutnya dari kerajaan-kerajaan ditandai oleh perebutan kekuasaan. Pada waktu terjadi pembagian kerajaan Airlangga, Samarawijaya sebagai raja Panjalu dengan ibu kota Daha dan Panji Garasakan sebagai raja Jenggala dengan ibu kota Kahuripan. Terjadi perang saudara di antara keduanya (1044-1052). Kemenangan Kediri atas Jenggala membuat Kediri menjadi satu-satunya kerajaan di Jawa Timur dengan kekuasaan meliputi hampir seluruh Indonesia timur. Semua itu terjadi pada masa pemerintahan Raja Jayeswara.
Setelah Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua, sejarah selanjutnya dari kerajaan-kerajaan ditandai oleh perebutan kekuasaan. Pada waktu terjadi pembagian kerajaan Airlangga, Samarawijaya sebagai raja Panjalu dengan ibu kota Daha dan Panji Garasakan sebagai raja Jenggala dengan ibu kota Kahuripan. Terjadi perang saudara di antara keduanya (1044-1052). Kemenangan Kediri atas Jenggala membuat Kediri menjadi satu-satunya kerajaan di Jawa Timur dengan kekuasaan meliputi hampir seluruh Indonesia timur. Semua itu terjadi pada masa pemerintahan Raja Jayeswara.
Raja Kediri yang terkenal ialah Jayabaya (1130-1160) yang terkenal dengan Ramalan Jayabaya. Raja terakhir Kediri ialah Kertajaya. Pada masa pemerintahannya, Kertajaya ingin dihormati dan disembah seperti dewa. Hal ini membuat para Brahmana tidak senang dan mereka minta perlindungan kepada Ken Angrok (sering disebut Arok) dari Tumapel. Ken Arok akhirnya dapat mengalahkan Kertajaya pada tahun 1222. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Kediri. Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singosari. Perebutan kekuasaan menjadi ciri khas kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok (1222-1227). Keberadaan Kerajaan Singosari diketahui dari kitab Pararaton dan kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Prapanca. Sejarah Singosari dimulai dengan tindakan Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, akuwu di Tumapel. Ken Arok yang beristrikan Ken Umang kemudian menikahi istri Tunggul Ametung, Ken Dedes. Ken Dedes diramalkan akan menurunkan raja-raja besar. Ken Arok kemudian dibunuh oleh Anusapati (anak tirinya). Anusapati memerintah selama 21 tahun, 1227-1248. Kemudian, Tohjaya, anak Ken Arok dan Ken Umang, membunuh Anusapati pada tahun 1248. Wisnuwardhana, anak dari Anusapati, membunuh Tohjaya dan memerintah sampai tahun 1268. Wisnuwardhana kemudian digantikan oleh Kertanegara.
Kertanegara adalah raja Singosari yang sangat terkenal. Dia memerintah sampai tahun 1292. Kertanegara bercita-cita menyatukan Nusantara di bawah Singosari. Pada masa Kertanegara, datang seorang utusan dari negeri Cina, yaitu Kubilai Khan. Raja Kertanegara juga mengadakan ekspedisi Pamalayu tahun 1275, menguasai Kerajaan Melayu dengan tujuan menghadang serangan tentara Cina agar peperangan tidak terjadi di wilayah Kerajaan Singasari. Dia banyak mengirimkan armadanya ke luar Singosari. Namun, hal itulah yang kemudian menyebabkan kejatuhannya. Ketika sebagian besar armadanya keluar Singosari, dia diserang oleh Jayakatwang dari Kediri. Kertanegara tewas, tetapi menantunya, Raden Wijaya lolos karena sedang tidak berada di istana. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit. Dari catatan saudagar Cina, Kho Ku Fei pada tahun 1200, diketahui bahwa pada masa pemerintahan Jayabaya, Kediri telah memiliki mata uang emas dan aturan pajak yang teratur. Pada masa Jayabaya pula dihasilkan cerita Gatutkacasraya dan Hariwangsa yang ditulis oleh Mpu Panuluh dan kitab Baratayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah. Ku Fei juga mencatat bahwa pada masa ini telah dihasilkan sejumlah candi, antara lain Candi Panataran dan Candi Tuban. Pada masa Singosari, Ken Arok telah mengembangkan perekonomian rakyatnya. Kehidupan masyarakatnya aman dan sejahtera. Ken Arok membuat patung Ken Dedes dan beberapa candi.
g. Kerajaan Majapahit
Tidak seperti kerajaan-kerajaan sebelumnya, sumber-sumber tentang keberadaan Majapahit banyak ditemukan, antara lain melalui prasasti, kitab-kitab, dan beritaberita Cina. Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara dari Singosari. Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pada tahun 1293. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293 1309 M). Beliau menikah dengan keempat puteri Kertanegara, yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan dan seluruh warisan jatuh ke tangannya.
Tidak seperti kerajaan-kerajaan sebelumnya, sumber-sumber tentang keberadaan Majapahit banyak ditemukan, antara lain melalui prasasti, kitab-kitab, dan beritaberita Cina. Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara dari Singosari. Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pada tahun 1293. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293 1309 M). Beliau menikah dengan keempat puteri Kertanegara, yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan dan seluruh warisan jatuh ke tangannya.
Gambar 6.22 Beberapa penginggalan sejarah: . (a) MandalaAmoghapâúa dari masa Singhasari (abad ke-XIII), Koleksi museum di Jerman; (b) Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya), (c) Tribuanatunggadewi Sumber: www.indonesiawisata.com
Raden Wijaya adalah raja yang bijaksana. Semua pengikut Raden Wijaya diberi jabatan sesuai jasanya. Nambi diangkat menjadi patih. Ronggolawe diangkat menjadi Bupati Tuban. Sora diangkat sebagai Tumenggung. Kepala desa Kudadu diberi Cima di Kudadu. Raden Wijaya kemudian digantikan oleh Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309, beliau merupakan raja yang lemah. Pada masa pemerintahan Jayanegara, terjadi serangkaian pemberontakan: Ranggalawe (1231), Lembu Sora (1311), Jurudemung (1313), Nambi (1316), dan Kuti (1319). Pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat dipadamkan karena jasa Gajah Mada. Jayanegara akhirnya dibunuh oleh Tanca, tabib istananya, pada tahun 1328. Gajah Mada kemudian membunuh Tanca. Seharusnya Gayatri, putri bungsu Raden Wijaya, berhak menjadi raja. Tetapi karena Gayatri memilih bertapa, Tribuwanatunggadewi, putrinya diangkat menjadi raja ketiga bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Pada masa ini, terjadi pemberontakan Sadeng dan Kesa, tapi semuanya dapat diatasi oleh Gajah Mada. Pada tahun 1350, Gayatri wafat. Tribuwanatunggadewi segera turun tahta dan digantikan oleh putranya, yaitu Hayam Wuruk (artinya ayam jantan muda) yang masih berusia 16 tahun. Hayam Wuruk merupakan raja yang membawa Majapahit mencapai puncak kejayaan. Dengan didampingi Mahapatih Gajah Mada, Hayam Wuruk menjadikan Majapahit sebagai kerajaan yang sangat besar. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa, Nusa Tenggara, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Malaka, dan Tumasik (Singapura) serta Papua Barat.
Gambar 6.23 Wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit Sumber: www.e-dukasi.net
Majapahit mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan Hayam Wuruk. Luas wilayah pemerintahannya hampir seluas Indonesia sekarang. Gajah Mada sangat berperan di Majapahit. Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389. Majapahit kemudian mengalami kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah putrinya yang bernama Kusumawardhani bersama suaminya, Wikramawardhana. Pada masa pemerintahan Kusumawardhani, terjadi perang saudara dengan Wirabhumi, saudaranya dari selir Hayam Wuruk. Perang saudara yang terjadi di Paregreg menyebabkan Wirabhumi terbunuh (1406). Perang Paregreg berlangsung berkepanjangan dan menyebabkan Majapahit menjadi lemah. Bersamaan dengan itu, Islam mulai masuk ke Nusantara. Setelah Wikramawardhana meninggal, Majapahit pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.
Sebagai kerajaan besar, Majapahit mengalami kemajuan hampir di semua bidang. Di bidang pemerintahan, Majapahit memiliki dewan Bhattara Saptaprabhu (sesepuh kerajaan), Rakayan Mahamantri Katrini (mahamentri, yang adalah putra-putra Raja), dan Rakayan Mantri ri Pakirakiran (dewan menteri) yang membantu Raja. Di bidang keagamaan, Majapahit telah memberikan contoh kerukunan hidup beragama yang baik. Hayam Wuruk beragama Hindu Siwa, sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Perbedaan ini oleh Mpu Tantular dikatakan sebagai Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa (di antara pusparagam adalah kesatuan dan tak ada agama yang mendua). Majapahit mundur karena beberapa hal berikut.
(1) Tidak ada tokoh pengganti yang berwibawa sesudah Hayam Wuruk (1389 M) dan Gadjah Mada (1364 M).
(2) Perang Paregreg (1401 M-1406 M), yakni perang saudara di antara para pewaris kerajaan, antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana
(3) Banyak negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan diri.
(4) Berkembangnya agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Jawa telah mengurangi dukungan terhadap Kerajaan Majapahit.
(1) Tidak ada tokoh pengganti yang berwibawa sesudah Hayam Wuruk (1389 M) dan Gadjah Mada (1364 M).
(2) Perang Paregreg (1401 M-1406 M), yakni perang saudara di antara para pewaris kerajaan, antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana
(3) Banyak negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan diri.
(4) Berkembangnya agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Jawa telah mengurangi dukungan terhadap Kerajaan Majapahit.
h. Kerajaan Pajajaran
Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu. Kerajaan ini diperkirakan beribu kota di Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno Nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibu kotanya, yaitu Pakuan Pajajaran. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak. Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut.
Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu. Kerajaan ini diperkirakan beribu kota di Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno Nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibu kotanya, yaitu Pakuan Pajajaran. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak. Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti: Prasasti Batu Tulis, Bogor ; Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi; Prasasti Kawali, Ciamis; Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta; dan Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor. Adapun raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran ialah Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), Surawisesa (1521 – 1535), Ratu Dewata (1535 – 1543), Ratu Sakti (1543 – 1551), Raga Mulya (1567 – 1579). Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya Zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Palangka Sriman Sriwacana diboyong ke Banten agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Pemindahan singgasana itu juga menandakan bahwa Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Singgasana raja Pajajaran tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang, berarti mengkilap atau berseri. Ketika Banten menyerang Pajajaran, diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat. Mereka inilah yang sekarang dikenal sebagai orang Baduy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar